Kerajinan Kayu Jati di Daerah Ngawi

Reporter: Sherina Lysandra F

Narasumber: Surwardi (Pengusaha kerajinan kayu jati)



Sebuah kerajinan kayu jati yang ada di daerah Ngawi yang dikembangkan dengan cara usaha sendiri tanpa adanya bantuan orang lain setelah berjalannya waktu usaha ini berkembang menjadi usaha yang besar hingga melakukan ekspor ke beberapa daerah di indonesia dan negara. 


Reporter: Kapan didirikan usaha ini?

Suwardi: Kalau usaha mulai awal tahun 1998, sudah mulai usaha tapi dengan cara usaha sendiri, ditangani sendiri gitu, dipasarkan sendiri. Terus akhirnya meramban ke karyawan satu  sampai dua dan seterusnya.


Reporter: Barang ini terbuat dari bahan apa?

Suwardi: Semua terbuat dari kayu jati 


Reporter: Bagaimana cara membuat kerajinan?

Suwardi: Cara pembuatannya macam-macam, ada yang manual dan ada yang pakai mesin.


Reporter: Bagaimana memperoleh bahan untuk membuat kerajinan?

Suwardi: Semua diperoleh dari hutan perhutani, baik limbahnya ataupun kayunya dari perhutani. 


Reporter: Bagaimana dengan sisa-sisa kayu yang tidak dipakai?

Suwardi: Limbah ya, limbah sebenarnya tidak terbuang ya karena bisa digunakan lagi, dan usia dia (kayu) semakin lama semakin bagus limbah itu, semakin tua, semakin kering, semakin bagus. Jadi, limbah selalu saya tampung, dulu pernah satu paket saya jual 100 juta pernah. Mungkin ini adalah tumpuk-tumpukkan kayu yang kedua kali. 


Reporter: Tumpukkan kayu ini apakah bisa di jual lagi?

Suwardi: Bisa, kayu itu tidak ada yang buang sekecil apapun bisa. Kalau punya alat canggih bisa dibuat untuk ali-ali (cincin), Jakarta ada yang membuat cincin dari kayu. 


Reporter: Berapa macam jenis kayu jati?

Suwardi: Ya, kalau kulit kayu banyak, mulai jenis kayunya ada A1, A2, A3 masing-masing beda, semua kayu jati. 


Reporter: Berapa lama durasi pembuatan kerajinan ini? Seperti meja, kursi, dan lain sebagainya.

Suwardi: Satu hari jadi.


Reporter: Berapa harga jual kerajinan?

Suwardi: Kalau dari kerajinan itu 20-300 juta kalau furniture nya mulai Rp50.000 sampai Rp5.000.000


Reporter : Kemana saja barang ini dilakukan ekspor?

Suwardi: Belgia, Swedia, Jepang, Taiwan, Hongkong, Singapore, dan Jerman.


Reporter:  Apakah ada pelayanan secara online?

Suwardi: Kita biasanya lewat email aja kalau sudah kenal. Sementara ini yang eksis itu di Belgia sama Taiwan setiap bulan ada keberangkatan kontainer. 

 

Reporter: Apa saja yang di order oleh mereka?

Suwardi: Semua produk, produknya banyak sekali itemnya,mungkin ada 200 item.  


Reporter: Bagaimana sistem kerjanya?

Suwardi: Ya ada pembagian sendiri-sendiri, ada yang borongan, ada yang harian, dan ada yang bulanan. Tukang-tukang itu yang borongan.


Reporter: Apakah pandemi ini menyebabkan penurunan pemasukan? 

Suwardi: Untuk saya tidak penurunanan. Justru naik, di keadaan ini justru omsetnya naik.


Reporter: Apakah pembuatan kerajinan ini berjalan seperti biasa?

Suwardi: Biasa, biasa malah justru makin rame didalam pandemi tambah rame karena semua pembeli saya gak ada yang memutus ya (memutus kontrak kerja), tidak ada yang cancel, tidak ada yang pending, semua jalan seperti biasa. Kalau jepangkan bulan juni nanti akan ke sini dan barangnya sudah jadi.


Reporter: Biasanya diantar atau ada yang orang yang datang dari jepang ke sini ambil barang?  

Suwardi: Ya mereka sendiri, bos-bos mereka yang ke sini sendiri, yang Swedia juga ke sini, yang dari Belgia juga ke sini. Awalnya ke sini setelah kita saling percaya ya sudah jalan. 

 

Reporter: Bagaimana mengatasi penurunan pemasukkan?

Suwardi: Ya itu dari awal ya, kalau proses dari sekarang mungkin gak bisa. Prosesnya dari awal, dari awal kita harus secara kasar kita harus hati-hati, kita harus menggiring pasar, pasarnya seperti apa kita giring terus. Seperti taiwan dulu pembeliannya ya 5 biji, 6 biji tapi setelah tau dan pasarnya masuk, ternyata dia mau kontrak 10 tahun untuk setiap bulan kirim kontainer dan itu terbukti sekarang sudah lebih dari 10 tahun dari kontraknya habis tapi tetap jalan terus. 


Reporter: Berarti istilahnya kontrak lagi begitu?

Suwardi: Ndak (tidak), sudah tidak pakai kontrak lagi karena kita sudah saling percaya sampai sekarang jalan terus. 


Dari percakapan diatas dapat disimpulkan bahwa bisnis kerajinan ini masih sangat jarang baik di Indonesia maupun di luar negeri dan harga setiap barang dari kerajinan ini sangat bervariasi. Barang yang dapat dibuat sangat beragam dari kursi, meja, vas bunga, lampu, dan lain sebagainya. Sekecil apapun kayu tidak akan terbuang sia-sia dan bisa dijual dengan harga yang mahal.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Olahraga Pilates: Peluang Bisnis Kesehatan Tubuh

Gurltoss, Kerajinan yang Memiliki Makna Unik

Travel Infografik